Laporan Pendahuluan Pasien DM + Ganggren


LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPEPERAWATAN
DENGAN KASUS DM + GANGGREN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kuliah




1.     DEFINISI
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demgan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Gangren adalah proses atau keadaan  yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).

2.     ETIOLOGI
a.     Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1.     Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2.     Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.     Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4.     Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

b.     Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :  a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat





                     3. PATOFISIOLOGI
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1.   Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2.   Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3.   Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat  menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama  akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.


b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1.   Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal  melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya  aliran darah  ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka  penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

4.    KLASIFIKASI
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0       : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I       : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II      : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III     : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV    : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V      : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
1.     Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :  
-  Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
-  Pada perabaan terasa dingin.
-  Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
-  Didapatkan ulkus sampai gangren.
2.     Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.

5.   KOMPLIKASI
Komplikasi yang bersifat akut:
a. Koma hipoglikemi
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar non ketotik(honk)
Komplikasi yang bersifat kronik:
a. Makroangiopati
b. Mikroangiopati

6.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah:200-1000mg/dl
2. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Insulin darah
4. Tes laboratorium
5. Foto rontgen

7.   PENATALAKSANAAN
1. Penyuluhan
2. Diit
3. Latihan fisik/olahraga
4. Rawat luka
5. Obat
6. Insulin

8.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut :
1.   Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah  ke daerah gangren akibat adanya  obstruksi pembuluh darah.
2.   Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3.   Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4.   Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5.   Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
6.   Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
7.   Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8.   Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
9.   Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
10.  Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

9.   INTERVENSI KEPERAWATAN
a.   Diagnosa no. 1
Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi  perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
                         - Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
                         - Kulit sekitar luka teraba hangat.
                         - Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
                         - Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1.     Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2.     Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah  :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah  dari jantung  ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3.     Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya  vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4.     Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
b.     Diagnosa no. 2
Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :               1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1.     Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2.     Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3.     Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan  kultur pus  pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
c.      Diagnosa no. 3
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :  1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
                       2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
                       3. Pergerakan penderita bertambah luas.
                       4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).

Rencana tindakan :
1.   Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.     Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3.   Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4.     Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5.     Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6.     Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional :  massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
7.     Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien. 
d.     Diagnosa no. 4
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :  1.  Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1.     Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat  kekuatan otot-otot  kaki pasien.
2.     Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3.     Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4.     Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5.     Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
e.      Diagnosa no. 5
Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :    1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1.     Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.     Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.     Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4.     Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan. 
5.     Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
f.       Diagnosa no. 6
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :  1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C )
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1.     Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2.     Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
3.     Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional  : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
4.     Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
5.     Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.
g.   Diagnosa no. 7
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :  1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1.   Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2.   Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3.   Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4.   Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5.    Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
 Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6.    Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara   bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7.   Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
h.     Diagnosa no. 8
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1.     Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2.     Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3.     Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4.     Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5.     Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
i.     Diagnosa no. 9
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil : -  Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
-  Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
1.   Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
2.   Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
3.   Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
4.   Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.
5.   Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.
6.   Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
j.       Diagnosa no.10
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1.     Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
2.     Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3.     Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
4.     Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik  relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5.     Kaji tanda-tanda kurangnya  pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.




Daftar Pustaka


Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC
                           (2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.













PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS DM+GANGREN
Di  ruang anggrek RSUD Dr. iskak Tulungagung

Ny.X menderita penyakit DM dan terdapat Gangren pada telapak kaki kirinya. Ia merasakan nyeri pada lukanya tersebut. Kemudian oleh keluarga, klien di bawa ke RS untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

PENDOKUMENTASIAN PENGKAJIAN

Pengkajian                  : 25-10-2012                                       Jam     : 07.00
Tanggal masuk           : 24-10-2012                                        No.reg            :10217673
Ruang                          : Anggrek
Diagnosa masuk         : DM+Gangren
                                                
I.                IDENTITAS
Nama Pasien   : Ny. X                                   
Umur               : 55 tahun                               
Suku/Bangsa   : Jawa/Indonesia                    
Agama            : Islam                                    
Pendidikan      : SMP
Pekerjaan        : Ibu rumah tangga                
Alamat                        : Kepatihan, Tulungagung

II.              RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1.     Keluhan utama/alas an masuk rumah sakit:
a.      Alasan MRS:
Kadar gula meningkat dan terdapat luka di kaki kirinya.
b.     Keluhan utama:
Klien mengatakan nyeri pada kaki yang luka.
2.     Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengatakan terdapat luka pada kaki sebelah kiri dan nyeri setelah melakukan aktivitas sejak 2hari yang lalu dengan skala nyeri 7.  Kemudian oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD Dr. iskak Tulungagung dan kemudian di rawat di ruang anggrek.
3.     Riwayat kesehatan yang lalu:
Keluarga klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, gondok, Namun klien menderita sakit kencing manis dan diketahi sejak umur 40 tahun (sepuluh tahun yang lalu) dan biasa berobat (kontrol) di Puskesmas.  Klien juga mengalami gangren sejak sekitar 4 tahun yang lalu. Sakit yang bisa dialami klien hanyalah demam biasa atau pilek yang biasanya sembuh dengan membeli obat dari warung
4.     Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga menyangkal adanya penyakit Kencing Manis yang diderita oleh keluarga klien, maupun penyakit jantung.

III.            KEBUTUHAN DASAR KHUSUS
a.      Breath (pernafasan)
Pernafasan 36 X/menit, Kusmaull, Hidung bersih sebelah kanan terpasang NGT, discart (-), pernafasan cuping hidung (-). Suara nafas tidak ada stridor, vesikuler pada lapang paru.
b.     Blood (Kardiovaskuler)
Nadi 118 X/mnt, reguler kuat;TD : 140/90 mmHg, Suara Jantung S1S2 tanpa suara tambahan, mur-mur/split (-),  Kulit Pucat, CRT 2 menit.
c.      Brain (Persyarafan)
GCS 3 (M 1 V 1 E 1), Refleks pupil (+) isokhor, gelisah, koordinasi gerak tidak terkaji.
d.     Bowel (Pencernaan)
Mulut kotor,bibir kering, lidah tidak tremor, pharing tidak hiperemis, nafas bau aseton, pembesaran kel leher (-). Abdomen supel simetris, masa (-) skibala tidak teraba, pembesaran hati (-) limpha (-) ascites (-). Bising usus (+) tidak meningkat. b.a.b belum sejak dua hari yang lalu.
e.      Bladder (Perkemihan)
Distensi kandung kemih (-), Produksi urine 1400 cc/24 jam, warna kuning jernih. Terpasang kateter
f.      Bone (Muskuloskeletal)
Kekuatan otot tidak terkaji, atropi otot tidak ditemukan, deformitas ekstremitas tidak ditemukan, Kemampuan bergerak tidak beraturan kuat.
g.     Skin (Integumen)
BB saat masuk 53 kg, TB 149 Cm. Warna kulit pucat, cyanosis (-) Icterus (-), spider nevi/perdarahan kulit (-) lesi  (-) oedema (-) 



IV.            PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa Medis: DM+Gangren
Pemeriksaan Laboratorium:
Tanggal 24 oktober 2012
Hb             : 15, 6 mg%               
PCV          : 0,48 ( 0,38 – 0,42)
Leukosit    : 4.5000 (< 100.000)
Trombosit : 387
Glukosa     : 651 mmol
SGOT        : 31
Kreatinin   : 1,56

Analisa Darah
pH             : 7,429 (7,35 – 7,54)
pCO2         : 18,9 mmol    (25 – 45 mmol)
pO2            : 10,8 mmol    ( 80 – 104 mmol)
HCO3        : 12,2 mmol    (21 – 25 mmol)
O2 sat        : 98,3 %

Elektrolit :
K               : 6,45 mEq                  (3,8 – 5,0 mEq)
Na             : 115 mEq                   (136 – 144 mEq)
Cl              : 105 mEq                   (105 – 120 mEq)

Urinalisis
Eritrosit 3 – 4, Leukosit 5 – 6,  Epitel 9 – 11, Kristal - , Kuman (+)

V.              PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
1.      Atur posisi tidur pasien senyaman mungkin
2.     Rawat luka secara steril
3.     Anjurkan px untuk olahraga ringan di sekitar tempat tidur
4.     Anjurkan untuk mematuhi program diit yg di tentukan
5.     Observasi:  TTV, skala nyeri, tanda-tanda infeksi
6.     Anjurkan teknik distraksi relaksasi pada px
7.     Kolaborasi dg tim medis dalam pemberian terapi
8.     Kolaborasi dg tim gizi dalam pemberian diit seimbang


TERAPI:
Infus: RL 20 tetes/mnit
Injeksi: -cefotaxim 3x1gr IV
-metronidozole 3x500mg IV
-ketorolac 3x30mg IV
Oral: -metformin 1x1 tablet
-piralen 3x1 tablet



MAHASISWA,





PENDUKUMENTASIAN ANALISA DATA
Nama  :Ny.X
Umur   :55 tahun
No. Reg: 10217673
KELOMPOK DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
MASALAH
Ds: klien mengatakan nyeri di sekitar luka.
Do:-k/u: lemah
-klien tidak dapat melakukan tindakan u/ mengurangi nyeri
-adanya keringat dingin
-TTV:          
TD: 150/80
S:36C        
N:88x/menit
RR:36x/menit
DM



Ulkus



Penurunan vaskularisasi



iskemik jaringan



nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri
Ds: klien mengatakan terdapat luka yang sulit sembuh pada kaki kirinya.
Do:- k/u cukup
-Terdapat luka ulkus pada kaki kirinya
-Luka tampak terbalut kasa steril
DM



Hiperglikemi



Aterosklerosis
 


Penurunan vaskularisasi


Ischemic


Kerusakan jaringan
 


Gangren


Kerusakan integritas jaringan

Kerusakan integritas jaringan
PENDOKUMENTASIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama  :Ny.X
Umur   :55 tahun
No. Reg: 10217673

NO
TANGGAL MUNCUL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL TERATASI
TANDA TANGAN
1
25-10-2012
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan:
Ds: klien mengatakan nyeri di sekitar luka.
Do:-k/u: lemah
-klien tidak dapat melakukan tindakan u/ mengurangi nyeri
-adanya keringat dingin
-TTV:     
TD: 150/80
S:36C        
N:88x/menit
RR:36x/menit



2
25-10-2012
Kerusakan integritas jaringan b/d adanya gangren ditandai dengan:
Ds: klien mengatakan terdapat luka yang sulit sembuh pada kaki kirinya.
Do:- k/u cukup         
-Terdapat luka ulkus pada kaki kirinya
      -Luka tampak terbalut kasa steril










PENDOKUMENTASIAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama  :Ny.X
Umur   :55 tahun
No. Reg: 10217673

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA STANDART
INTERVENSI
RASIONAL
TTD
1
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan:
Ds: klien mengatakan nyeri di sekitar luka.
Do:-k/u: lemah
-klien tidak dapat melakukan tindakan u/ mengurangi nyeri
-adanya keringat dingin
-TTV:     
TD: 150/80
S:36C        
N:88x/menit
RR:36x/menit

Jangka pendek:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6jam nyeri berkurang.

Jangka panjang:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri hilang.
-k/u membaik
- klien dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
- Tidak ada keringat dingin
-TTV dalam batas normal.
1. BHSP
2. Observasi TTV
3. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
4. Jelaskan pada klien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri
5.Ciptakan lingkungan yang tenang.
6.Ajarkan teknik distraks dan relaksasi
7.Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka
8. Kolaborasi dg tim medis


































1.Tercipta hubungan terapeutik antara perawat dan klien
2.Mengetahui keadaan perkembangan klien
3.mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien
4.pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
5.Rangasang yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri
6. Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
7. massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman
8.Mempercepat proses penyembuhan                  

2
Kerusakan integritas jaringan b/d adanya gangren ditandai dengan:
Ds: klien mengatakan terdapat luka yang sulit sembuh pada kaki kirinya.
Do:- k/u cukup    
-Terdapat luka gangren pada kaki kirinya
      -Luka tampak terbalut kasa steril
Jangka pendek:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam luka gangren membaik.

Jangka panjang:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam jaringan yg terkena gangrene dapat pulih kembali.
-k/u baik
-Gangren hilang(jaringan dapat pulih kembali)
-Tidak ada tanda2 infeksi
1. BHSP
2.Kaji keadaan luka
3.Lakukan perawatan luka secara steril.
4.Kolaborasi dg tim medis dlm pemberian terapi
1.Menciptakan hubungan terapiotik antara perawat dg klien
2.Mengetahui derajat luka
3.Mencegah terjadinya/meluasnya infeksi
4.Mempercepat proses penyembuhan




























PENDOKUMENTASIAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama  :Ny.X
Umur   :55 tahun
No. Reg: 10217673
NO
NO. DX
TGL/JAM
TINDAKAN
TTD
1
I
25-10-2012
09.00
09.15
09.30


09.45
11.00
12.00
1. Menyapa klien dan menanyakan keluhan klien
2. Mengkaji tingkat nyeri yg di rasakan klien
3. Memberikan penjelasan tentang penyebab nyeri kepada klien
4. Menganjurkan keluarga klien u/ menunggu di luar
5. Mengajarkan teknik distraks dan relaksasi
6. Merawat luka dan melakukan massase pada luka
7. Mengkur TTV
8. Berkolaborasi dg tim medis dalam pemberian terapi antalgin

2
II
25-10-2012
09.00
09.10

09.20

10.00
1. Menyapa klien dan menanyakan keluhan klien
2.Mengkaji keadaan luka
3.Melakukan perawatan luka secara steril
4.Melaksanakan advis dokter
-inj insulin 3x10 IU/SC
-inj cefriaxone 3x1gr/IV
-Metronidazol 3x500mg





PENDOKUMENTASIAN EVALUASI

Nama  :Ny.X
Umur   :55 tahun
No. Reg: 10217673

NO
NO. DX
TGL/JAM
EVALUASI
TTD
1
I
25-10-2012
12.00







26-10-2012
08.00
S: klien mengatakan nyeri masih terasa
O: -k/u membaik
-keringat dingin masih ada
-TTV: TD:130/80
S: 36C
N:88 x/menit
RR: 24 x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Renpra dilanjutkan
I: -Perawatan luka dan massase luka
-Pemberian analgesik(penghilang nyeri)
E: Nyeri berkurang
R: Masalah teratasi sebagian


2
II
25-10-2012
12.00
S:Klien mengatakan terdapat luka yang sulit sembuh pada kaki kirinya
O:- k/u cukup
-terdapat luka gangren pada kaki kirinya
-skala nyeri:3
A: Masalah  belum teratasi
P:Renpra dilanjutkan
I:-Kaji keadaan luka
-Lakukan perawatan luka secara steril
-Kolaborasi dg tim medis
E:Masalah teratasi sebagian
R:Renpra dilanjutkan

1 Response to "Laporan Pendahuluan Pasien DM + Ganggren"