GANGGUAN DALAM SISTEM PERNAPASAN MENJADI MASALAH YANG
SERIUS DALAM DUNIA
KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun
untuk Memenuhi Lomba Disnatalis
Oleh :
Progam Studi D3 Keperawatan
STIKES HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2O12
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
................................................................................................. i
Daftar Isi
.......................................................................................................... ii
Kata Pengantar
................................................................................................
iii
Halaman Persembahan
.................................................................................... iv
Halaman Persetujuan ...................................................................................... v
Halaman Pengesahan ...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang
............................................................................. 1
1.2 Tujuan
.......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ......................................................................................... 2
1.4 Rumusan Masalah
........................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1 Pengertian Kebutuhan
Oksigenasi ................................................ 3
2.2 Sistem
tubuh yang berperan dalam kebutuhan Oksigenasi ......... 3
2.3 Tujuan Pernapasan ....................................................................... 5
2.4 Fungsi Pernapasan
....................................................................... 5
2.5 Pengaturan Pernapasan
................................................................ 5
2.6 Proses Oksigenasi
........................................................................ 6
2.7 Paktor yang Mempengaruhi Pernapasan dalam Proses Oksigenasi 8
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 10
3.1 Pengkajian
Keperawatan ......................................................... 10
3.2 Diagnosa
Keperawatan ........................................................... 15
3.3 Intervensi
Keperawatan .......................................................... 18
3.4 Implementasi
Keperawatan ..................................................... 23
3.5 Evaluasi
Keperawatan ............................................................ 28
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 29
4.1 Simpulan
.............................................................................. 29
4.2 Saran
................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 30
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul ”Gangguan
dalam Sistem Pernapasan menjadi Masalah yang Serius dalam dunia Kesehatan”
dapat selesai tepat waktu. Penulisan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai
lomba disnatalis Stikes Hutama Abdi Husada Tulungagung.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini kami banyak mendapat
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada :
1.
Ketjuk Herminaju, SST, SPd,MM, selaku
ketua Stikes Hutama Abdi Husada Tulungagung.
2.
Sri Agustiana, S.Kep.Ners.M.Kes. ketua
Program Studi DIII Ilmu keperawatan
Stikes Hutama Abdi Husada Tulungagung.
3.
Seluruh dosen dan staf Stikes Hutama Abdi
Husada Tulungagung yang telah membantu administrasi dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
4.
Bapak, Ibu, atas dukungan dan doa yang selalu
diberikan sehingga karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya.
5.
Teman-teman Stikes Hutama Abdi Husada
Tulungagung, atas bantuan dan
dukungannya sehingga karya tulis ilmiah ini selesai pada
waktunya.
Kami menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih
belum sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan
demi perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga
karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua pembaca.
Tulungagung, 20 April 2012
Penulis
HALAMAN PERSEMBAHAN
Makalah karya tulis ilmiah yang
berjudul ‘Gangguan
dalam Sistem Pernapasan menjadi Masalah yang Serius dalam dunia Kesehatan’ yang disusun oleh Ahmad Khairudin, Hartono Dwi
Santoso, dan Wempi Diliyana Timor Kusuma Negara.
Yang di persembahkan kepada:
1.
Ketjuk Herminaju, SST, SPd, MM selaku ketua STIKes
Hutama Abdi Husada Tulungagung.
2.
H. Yitno, SKp, MPd selaku PUKET I STIKes Hutama Abdi
Hudasa Tulungagung.
3.
Hj. Surtini, S. Sos, MM selaku PUKET II STIKes
Hutama Abdi Husada Tulungagung.
4.
Dosen-dosen dan staf-staf STIKes Hutama Abdi Husada
Tulungagung.
5.
Penulis-penulis selanjutnya agar dapat dijadikan
bahan referensi.
Tulungagung,
20 April 2012
Penulis,
HALAMAN PERSETUJUAN
Makalah karya tulis ilmiah yang
berjudul ‘Gangguan dalam Sistem Pernapasan
menjadi Masalah yang Serius dalam dunia Kesehatan’, yang
disusun oleh Ahamad Khairudin, Hartono Dwi Santoso, dan Wempi Diliyana Timor
Kusuma Negara, telah di periksa dan di sajikan oleh pembimbing.
Tulungagung, 20 April 2012
Ketua STIKes Hutama
Abdi Husada Tulungagung Pembimbing
Ketjuk Herminju, SST
, SPd , MM Sri
Agustiana, Skep, Ns, M.Kes
HALAMAN
PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah berjudul:
“GANGGUAN DALAM SISTEM PERNAPASAN MENJADI MASALAH YANG
SERIUS DALAM DUNIA
KESHATAN”
Disusun oleh:
1. Ahmad Khairudin
NIM : 02.11.040
2. Hartono Dwi Santoso
NIM : 02.11.052
3. Wempi Diliyana Timor
Kusumanegara
NIM : 02. 11. 070
Telah dipertahankan
di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Ilmu Keperawatan
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung pada tanggal 5 Januari 2012 dan telah
diperbaiki sesuai saran-saran yang diberikan.
Tulungagung,
20 April 2012
Penguji
:
Ketjuk Herminju,
SST , SPd , MM
NIP.
19540415 198009 2 001
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi, maka
manusia tidak akan bisa melangsungkan hidupnya, karena pada dasarnya manusia
yang hidup didunia ini memerlukan zat makanan , oksigen, dan elektrolit. Dengan
demikian, oksigen dapat dikatakan sebagai suatu unsur dasar untuk melangsungkan
kehidupan.
Dalam ruang
lingkup kesehatan, tidak bisa terlepas dari kebutuhan oksigen (O2), karena banyak
masalah dirumah sakit yang berkaitan erat dengan permasalahan oksigenasi atau sering
kita jumpai dengan permasalahan dalam
sistem pernapasan dan dalam berbagai macam masalah yang ada dimasyarakat. Kami
akan mengangkat sebuah tema dengan judul “Gangguan dalam Sistem Pernapasan
Menjadi Masalah yang Serius dalam Dunia Kesehatan”. Dalam hal ini akan
memberikan informasi yang berkaitan dengan sistem pernapasan dan masalah yang
sering dialami oleh pasien dirumah sakit.
Dengan membaca
karya tulis ilmiah ini diharapkan bisa menambah wawasan pembacaakan sistem
pernapasan dan bisa membantu untuk menjaga sistem pernapasan dengan baik.
Dengan kata lain pernapasan merupakan masalah yang tidak bisa dipandang sebelah
mata, karena masalah-masalah yang timbul dalam sistem pernapasan ini bisa
mengakibatkan kematian. Tidak seperti faktor
makanan, didalam tubuh masih ada cadangan , tetapi oksigen tidak bisa
diperoleh tanpa adanya sistem pernapasan.
Berbagai dampak
yang ditimbulkan seperti kelumpuhan organ-organ, ketidaksadaran otak, dan juga
dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, banyak pula solusi yang bisa
diterapkan untuk mengatasi masalah dalam sistem pernapasan, khususnya dalam
kebutuhan oksigen.
1.2
Tujuan Masalah
2.
Untuk memberikan
informasi tentang kebutuhan oksigen (O2).
3.
Untuk menunjukan
cara-cara merawat pasien dengan masalah kebutuhan oksigan (O2).
4.
Untuk
menginterfensikan suatu sitem yang sangat dalam menunjang kehidupan manusia.
1.3
Manfaat
1.
Dapat memperbanyak
pengetahuan tentang sistem pernapasan.
2.
Dapat mengetahui
pertolongan apa saja yang bisa diberikan pada pasien yang membutuhkan oksigen (O2).
1.4
Rumusan Masalah
1.
Mendefinisikan tentang
Kebutuhan Oksigenasi.
2.
Mendiadnosakan
Permasalahan tentang pasien yang memerlukan Oksigen (O2).
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau
sel. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2,
hal 2)
2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan Oksigenasi
Sistem
tubuh yang berperan dalam kebutuhan Oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan
bagian atas, bagian bawah, dan paru. (Pengantar
Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 2)
a.
Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari:
1.
Hidung
Hidung terdiri dari nares anterior (saluran
dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang
kasar dan bermuara ke rongga hidung dan ronggah hidung yang dilapisi ole
selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 2)
2.
Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot,
memenjang dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak dibelakang
nasofaring (dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut), laringofaring (dibelakang
faring). (Pengantar Kebutuhan Dasar
Mnusia 2, hal 2)
3.
Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernfasan setelah
faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen
dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung digaris tengah. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 2)
4.
Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang
bertugas membantu menutup laring pada saat proses menelan. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 2)
b.
Saluran pernapasan bawah :
1.
Takrea
Takrea atau disebut batang tenggorok,
memiliki panjang kurang lebih sembilan centimeter yang dimulai dari laring sampai
kira-kira sampai ketinggian vetebra torakalis ke-lima. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 2)
2.
Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau
kelanjutan dari takrea yang terdiri dari dua percabangan kanan dan kiri. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 3)
3.
Breonkeolus
Bronkeolus merupakan salurabn percabangan
setelah bronkus. (Pengantar Kebutuhan
Dasar Mnusia 2, hal 3)
c.
Paru
Paru
merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru terletak dalam cavum torak
setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa
lobus yang diselaputi oleh pleura perietalis dan pleura viseralis, serta
dilingungi oleh cairan leura yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alatb
pernapasan utama terdiri atas dua bagian yaitu: paru kanan dan kiri.
Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung
beserta pembulu darah yang terbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.
Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas O2 dan CO2. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 4)
2.3 Tujuan pernafasan
Tujuan
pernafasan adalah untuk menyediakan O2 bagi sel dan mengeluarkan CO2
dari sel tubuh.
2.4 Fungsi Pernafasan
1.
Pendistribusi dan penukar gas
2.
Menyaring, menghangatkan dan
melembabkan udara
3.
Menjaga Hemeostatis pH tubuh
2.5 Pengaturan Pernapasan
Tujuan
utama pengaturan pernapasan ialah mensuplai kebutuhan oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, misalnya kebutuhan saat melakukan latihan fisik,
infeksi, atau masa kehamilan. Pengaturan pernapasan meningkatkan pengeluaran CO2,
hasil proses metabolisme tubuh. Proses ini menentukan status asam-basa tubuh.
Pernapasan
dikendalikan oleh pengaturan saraf dan kimiawi. Pengaturan saraf melibatkan
sistem saraf pusat (SSP), pengontrolan frekuensi kedalaman, dan irama
pernapasan. Pengaturan kimiawi melibatkan kerja zat-zat kimia, seperti ion CO2,
dan ion H dengan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
2.6 Proses Oksigenasi
Proses
pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi,
difusi gas, dan transportasi gas.
1.
Ventilasi ventilasi
Ventilasi ventilasi merupakan proses keluar
dan masuknya oksigen dari atmosfir kedalam alveoli atau dari alveoli kedalam
atmosfir. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
a.
adanya perbedaan tekanan antara
atmosfer dengan paru.
b.
adanya kemampuan torak dan paru
pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c.
adanya jalan napas yang dimulai
dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjaya
sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
d.
Reflek batuk dan muntah.
e.
Adanya peran mukus siliaris
sebagai barier atau pengkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat
mengikat virus.
Pengaruh
proses ventilasi selanjutnya adalah complience
dan recoil. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang, kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu :
a.
Adanya surfaktan yang terdapat
pada lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
b.
Adanya sisa udara yang menyebabkan
tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak.
Sedangkan recoil adalah kemampuan
mengeluarkan CO2 atau kontraksi penyempitan paru. Puat pernapasan
yaitu medulla oblongata dan pons, dapat mempengaruhi proses ventilasi karena CO2
memiliki kemampuan pusat pernapasan. (Pengantar
Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 5)
2.
Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara
oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO2 dikapiler dengan
alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a.
Luasnya permukaan paru.
b.
Tebal membran
respirasi/permiabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
c.
Perbedaan tekanan dan kosentrasi O2.
d.
pCO2 dalam arteri
pulmonalis akan berdifusi kedalam alveoli
e.
afinitas gas (kemampuan menembus
dan saling mengikat hemoglobin).
(Pengantar
Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 6)
3.
Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian
oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 pada jaringan tubuh ke
kepiler. Pada proses transportasi, oksigen akan berikatan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larutan dalam plasma (3%), sedangakn CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larutan dalam plasma
(5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%).
Tansportasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
a.
Curah jantung (kardiak out put).
b.
Kondisi pembuluh darah.
c.
Latihan (exercise).
d.
Perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit).
e.
Eritrosit dan kadar Hb.
(Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 6)
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan Dalam Proses Oksigenasi
a.
Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari
saraf otonomik dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, hal
ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 7)
b.
Hormon dan Obat
Semua hormon termasuk derivat catecholamine
dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seprti
sulfas atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran napas, sedangkan
obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnys beta-2), seperti obat yang
tergolong penyakat beta nonselektif, dapat mempersempit saluran napas
(bronkhokontriksi). (Pengantar Kebutuhan
Dasar Mnusia 2, hal 7)
c.
Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi,
antara lain debu yang terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk
benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyababkan
bersin bila terdapat rangsangan didaerah nasal; batuk bila disaluran pernapasan
bagian atas; bronkhokontriksi pada asma bronkiale; dan rhinitis bila terdapat
disaluran pernapasan bagian bawah. (Pengantar
Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 8)
d.
Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi
jumlah kebutuhan oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring
usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya
kecenderungan kekurangan pembentukan sukfaktan. Setelah anak tumbuh dewasa,
kemampuan kematangan organ juga berkembang seiring dengan bertambahnya usia. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 8)
e.
Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi
kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu.
Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adatasi. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 8)
f.
Perilaku
Faktor perilaku yang dapat memengaruhi
kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam mengonsumsi makanan (status
nutrisi). Sebagai contoh, obesitasdapat memengaruhiproses perkembangan paru,
aktivitas dapat memengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok
dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain. (Pengantar Kebutuhan Dasar Mnusia 2, hal 8)
BAB III
PEMBAHASAN
Dari berbagai sumber yang kami dapatkan ini merupakan
pentunjuk akan penerapan Asuhan Keperawatan, sebagai paramedis dalam memenuhi
Kebutuhan Oksigenasi Pasien yang Gawat Darurat karena berbagai masalah yang
diakhibatkan kekurangan pemenuhan O2 pasien. Dalam hal ini kami
menjabarkan tema ini, agar bisa memberikan informasi yang dapat dijadikan
pedoman,yang dapat dipercaya sehingga bisa digunakan untuk menambah wawasan
tentang Kebutuhan Oksigenasi.
3.1
Pengkajian Keperawataan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data
tentang :
1.
Biodata pasien (umur,
sex, pekerjaan, pendidikan).
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan
tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2.
Keluhan utama dan
riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang
riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality,
Regio, Skala, dan Time).
3.
Riwayat perkembangan
a.
Neonatus : 30 - 60 x/mnt.
b.
Bayi : 44 x/mnt.
c.
Anak : 20 - 25 x/mnt.
d.
Dewasa : 15 - 20 x/mnt.
e.
Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital
menurun.
4.
Riwayat kesehatan
keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
5.
Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya,
misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dan lain-lain.
6.
Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a.
Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya.
b.
Pengaruh sakit terhadap cara hidup.
c.
Perasaan klien terhadap sakit dan therapy.
d.
Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan
therapy.
7.
Riwayat spiritual
Menjelaskan
tentang Agama (kepercayaan yang dianut oleh pasien)
8.
Pemeriksaan fisik
a.
Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi,
mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b.
Faring
Inspeksi : Warna,
simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c.
Trakhea
Palpasi : Dengan
cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan
trakhea dapat diketahui.
d.
Thoraks
Inspeksi
:
1)
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan
kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
2)
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada
bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan
diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter
antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2 Beberapa kelainan bentuk dada
diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter
tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat
menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri
berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter
antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter
antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1. Kelainan
tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
3)
Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi
pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana
kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk
melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih
dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang
dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat. Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut. Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea. Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri. Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat. Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut. Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea. Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri. Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu
juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu
batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering
dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah.
4)
Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart
rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt,
ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah. Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah. Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.
3.2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2.
Pola napas tidak efektif.
3.
Gangguan pertukaran gas.
4.
Penurunan kardiak output.
5.
Rasa berduka.
6.
Koping tidak efektif.
7.
Perubahan rasa nyaman.
8.
Potensial/Resiko infeksi.
9.
Interaksi sosial terganggu.
10. Intoleransi aktifitas,
dll sesuai respon klien
1.
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya
obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya:
Tanda-tandanya:
a.
Bunyi napas yang abnormal.
b.
Batuk produktif atau non produktif.
c.
Cianosis.
d.
Dispnea.
e.
Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan.
Kemungkinan faktor penyebab :
a.
Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan
obstruksi.
b.
Kecelakaan atau trauma (trakheostomi).
c.
Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan
dada.
d.
Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan.
e.
Hilangnya kesadaran akibat anasthesi.
f.
Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan
sulit untuk di expektoran.
g.
Immobilisasi.
h.
Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi.
2.
Pola napas tidak
efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi
dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekatu.
Tanda-tandanya :
a.
Dispnea.
b.
Peningkatan kecepatan pernapasan.
c.
Napas dangkal atau lambat.
d.
Retraksi dada.
e.
Pembesaran jari (clubbing finger).
f.
Pernapasan melalui mulut.
g.
Penambahan diameter antero-posterior.
h.
Cianosis, flail chest, ortopnea.
i.
Vomitus.
j.
Ekspansi paru tidak simetris.
Kemungkinan faktor penyebab :
a.
Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi,
obesitas, nyeri.
b.
Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala,
keracunan obat anasthesi.
c.
Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru.
d.
CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi
alveoli.
e.
Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi.
f.
Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi
yang menyebabkan spasme bronchial atau oedema.
g.
Penimbunan CO2 akibat penyakit paru.
3.
Gangguan pertukaran
gas
Yaitu perubahan asam basa darah
sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.
4.
Penurunan kardiak
output
Tanda-tandanya :
a.
Kardiak aritmia.
b.
Tekanan darah bervariasi.
c.
Takikhardia atau bradikhardia.
d.
Cianosis atau pucat.
e.
Kelemahan, vatigue.
f.
Distensi vena jugularis.
g.
Output urine berkurang.
h.
Oedema.
i.
Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales
dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
a.
Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner,
penyakit jantung.
b.
Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi,
reaksi alergi dan reaksi kegagalan jantung.
c.
Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit.
d.
Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom
dalam darah.
3.3
Intervensi Keperawatan
1.
Mempertahankan terbukanya
jalan napas
a.
Pemasangan jalan napas buatan Jalan napas buatan (artificial
airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam mulut atau
hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk
memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi.
Rute pemasangan :
1)
Orotrakheal : mulut dan trachea.
2)
Nasotrakheal : hidung dan trachea.
3)
Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui
suatu insisi yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3.
4)
Intubasi endotrakheal
b.
Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post
operasi
Cara kerja :
1)
Pasien dalam posisi duduk atau baring.
2)
Letakkan tangan di atas dada.
3)
Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang.
4)
Tahan napas untuk beberapa detik.
5)
Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada
berkontraksi.
6)
Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali.
7)
Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk
beberapa detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara.
8)
Ulangi sesuai kemampuan pasien.
9)
Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau
bantal pada daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien
batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri.
c.
Posisi yang baik
1)
Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan
pengembangan paru maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma
2)
Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui
perubahan posisi, ambulasi dan latihan.
d.
Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan
sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral,
nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.
e.
Pemberian obat bronchodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan
napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan mengurangi
obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara. Obat ini dapat diberikan peroral,
sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat
ke dalam saluran napas.
2.
Mobilisasi sekresi
paru
a.
Hidrasi
Cairan
diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan
yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.
b.
Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
c.
Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar
kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari
bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya
dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum
makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
1)
Sebelum postural drainage, lakukan :
a)
Nebulisasi untuk mengalirkan secret.
b)
Perkusi sekitar 1 - 2 menit.
c)
Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode.
2)
Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam
paru.
3.
Mempertahankan dan
meningkatkan pengembangan paru
a.
Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk
menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang
bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
1)
Pernapasan diafragma.
2)
Pursed lips breathing.
3)
Pernapasan sisi iga bawah.
4)
Pernapasan iga dan lower back.
5)
Pernapasan segmental.
b.
Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai
pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan
diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam
periode yang lama. Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi
tekanan positif.
c.
Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural
drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau lebih chest kateter
dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke
sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti :
hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
a.
Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga
pleura atau rongga thoraks dan rongga mediastinum.
b.
Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi
normal kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis
dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
a.
The single bottle water seal system.
b.
The two bottle water.
c.
The three bottle water.
4.
Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat
hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat
melalui :
a.
Nasal canule.
b.
Bronkhopharingeal khateter.
c.
Simple mask.
d.
Aerosol mask / trakheostomy collars.
e.
ETT (endo trakheal tube).
5.
Meningkatkan
transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan
resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan
kebersihan atau membebaskan jalan napas.
B : Breathing adalah pemberian napas
buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung.
C : Circulation adalah memulai kompresi
jantung atau memberikan sirkulasi buatan.
Jadi secara umum intervensi keperawatan
mencakup di dalamnya :
a.
Health promotion.
1)
Ventilasi yang memadai.
2)
Hindari rokok.
3)
Pelindung / masker saat bekerja.
4)
Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan
nervus 1)
5)
Pakaian yang nyaman.
b.
Health restoration and maintenance
1)
Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan secret.
2)
Teknik batuk dan postural drainage.
3)
Suctioning.
4)
Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi
fowler, significant other.
5)
Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang
bermanfaat, fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai,
ROM.
6)
Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai,
pakaian tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas,
atur posisi.
7)
Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene
dan makanan yang mudah dikunyah dan dicerna.
8)
Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat
dan ajarkan latihan.
9)
Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan
prinsip medikal asepsisi.
10) Terapi O2.
11) Terapi ventilasi.
12) Drainage dada.
3.4
Implementasi
Keperawatan
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan
evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi
proses.
1.
Latihan Napas
Latihan
napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan efisiensi batuk,
dan mengurangi stres.
Prosedur
Kerja :
1.
Cuci tangan.
2.
Jelaskan prosedur yang
akan dilkukan.
3.
Atur posisi (duduk
atau tidur terlentang),
4.
Anjurkan untuk mulai
latihan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan mulut tertutup.
5.
Anjurkan untuk menahan
napas selama 1-1,5 detik,kemudian disusul dengan menghembuskan napas melalui
bibir dengan bentuk mulut mencucu atau seperti orang meniup.
6.
Cata respons yang
terjadi.
7.
Cuci tangan.
2.
Latihan Batuk Efektif
Latihan
batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan
batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan
bronkhus dari sekret atau benda asing dijalan napas.
Prosedur
Kerja :
1.
Cuci tangan.
2.
Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
3.
Atur posisi pasien
dengan duduk ditepi tempat tidur membungkuk ke depan.
4.
Anjurkan untuk menarik
napas secara pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan diafragma.
5.
Setelah itu tahan
napas kurang lebih 2 detik.
6.
Batukkan dua kali
dengan mulut terbuka.
7.
Istirahat.
8.
Cacat respons yang terjadi.
9.
Cuci tangan.
3.
Pemberian Oksigen (O2)
Pemberian
oksigen merupakan tidakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen ke dalam
paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu melalui
kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah
terjadinya hipoksia.
Alat
dan Bahan :
1.
Tabung oksigen
lengkapdengan flowmeter dan humidifier.
2.
Nasal kateter, kanula,
atau masker.
3.
Vaselin atau jeli.
Prosedur
Kerja :
1.
Cuci tangan.
2.
Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
3.
Cek flowmeter dan humidifier.
4.
Hidupkan tabung
oksigen.
5.
Atur pasien pada
posisi semiflowler atau sesuai dengan
kondisi pasien.
6.
Berikan oksigen
melalui kanula atau kateter.
7.
Apabila menggunakan
kateter, terlebih dulu ukur jarak hidung dengan telinga, setelah itu beri jeli
dan masukan.
8.
Catat pemberian dan
lakukan obsevasi.
9.
Cuci tangan.
4.
Fisioterapi Dada
Fisioterapi
dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating
pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tidakan ini lakukan dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pada pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Alat
dan Bahan :
1.
Pot sputum berisi
desinfektan.
2.
Kertas tisu.
3.
Dua balok tempat tidur
(untuk postural drainase).
4.
Satu bantal (untuk postural drainase)
Prosedur
Kerja :
1.
Postural Drainase
a.
Cuci tangan
b.
Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan
c.
Miringkan tubuh pasien
ke arah kiri (untuk membersihkan paru bagian kanan).
d.
Miringkan tubuh pasien
ke arah kanan (untuk membersihkan paru bagian kiri).
e.
Miringkan tubuh pasien
ke kiri dan tubuh bagian belakang kanan disokong dengan satu bantal (untuk
membersihkan bagian lobus tengah)
f.
Lakukan postural drainase kurang lebih 10-15
menit.
g.
Observasi tanda vital
selama prosedur.
h.
Setelah pelaksanaan postural drainase, lakukan clapping, vibrating, dan suction.
i.
Lakukan hingga lendir
bersih.
j.
Catat respons yang
terjadi.
k.
Cuci tangan.
2.
Clapping
a.
Cuci tangan.
b.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c.
Atur posisi pasien
sesuai dengan kondisinya.
d.
Lakukan clapping dengan cara kedua tangan
perawat menepuk punggung pasien secara bergantian untuk merangsang terjadinya
batuk.
e.
Bila pasien sudah
batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menapung pada pot sputum.
f.
Lakukan hingga lendir
bersih.
g.
Catat respons yang
terjadi.
h.
Cuci tangan.
3.
Vibrating
a.
Cuci tangan.
b.
Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
c.
Atur posisinya sesuai
dengan kondisi pasien.
d.
Lakukan vibrating denga cara anjurkan pasien
untuk menarik naps dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan. Kedua tangan
perawat diletakkan dibagian atas samping depan cekungan iga, kemudian getarkan
secara perlahan, dan lakukan berkali-kali hingga pasien terbatuk.
e.
Bila pasien sudah
terbatuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk menampungnya pada pot sputum.
f.
Lakukan hingga lendir
bersih.
g.
Catat respons yang
terjadi.
h.
Cuci tangan.
4.
Penghisapan Lendir
Penghisapan
lendir (suction) merupakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak
mampu mengeluarkan sekret atau lendir sendiri. Tindakan ini bertujuan
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Alat
dan Bahan :
a.
Alat penghisap lendir
dengan botol berisi larutan desinfektan.
b.
Kateter penghisap
lendir.
c.
Pinset steril.
d.
Sarung tangan steril.
e.
Dua buah kom berisi
larutan aquades atau NaCL 0,9% dan larutan desinfektan.
f.
Kasa steril.
g.
Kertas tisu.
Prosedur
kerja :
a.
Cuci tangan.
b.
Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
c.
Atur pasien pada
posisi terlentang dengan kepala miring kearah perawat.
d.
Gunakan sarung tangan.
e.
Hubungkan kateter
penghisap dengan selang penghisap.
f.
Hidupkan mesin
penghisap.
g.
Lakukan penghisapan
lendir dengan memasukan kateter penghisap ke dalam kom berisi aquades atau NaCL
0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
h.
Masukan kateter
penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
i.
Tarik dengan memutar
kateter penghisap kurang dari 3-5 detik.
j.
Bilas kateter dengan
aquades atau NaCL 0,9%.
k.
Lakukan hingga lendir
bersih.
l.
Cacat respons yang
terjadi.
m.
Cuci tangan.
3.5
Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah
kebutuhan oksigen secara umum dapat di nilai dari adanya kemampuan dalam :
1.
Mempertahankan jalan nafas secara efektif yang di tunjukkan
dengan adanya kemampuan untuk bernafas, jalan
nafas bersih , tidak ada sumbatan, frekwensi, irama, dan kedalaman nafas normal, serta tidak di temukan adanya tanda
hipoksia.
2.
Mempertahankan pola
nafas secara efektif yang di tunjukkan dengan adanya kemampuan untuk bernafas,
frekwensi, irama, dan kedalaman nafas normal, tidak di temukan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru
berkembang dengan baik.
3.
Mempertahankan
pertukaran gas secara efektif yang di tunjukkan dengan adanya kemampuan untuk
bernafas, tidak di temukan dispnea pada usaha nafas, inspirasi dan ekspirasi
dalam batas normal, serta saturasi oksigen dan pCO2 dalam keadaan normal.
4.
Meningkatkan perfusi jaringan
yang di tunjukkan dengan adanya kemampuan pengisian kapiler, frekwensi, irama, kekuatan nadi
dalam batas normal, dan status hidrasi normal.
BAB IV
SIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Simpulan
1.
Setiap kehidupan makhluk hidup
termasuk manusia memerlukan oksigen. kebutuhan
oksigen ini tidak terpenuhi, maka manusia tidak akan bisa melangsungkan
hidupnya, karena pada dasarnya manusia yang hidup didunia ini memerlukan zat
makanan , oksigen, dan elektrolit. Dengan demikian, oksigen dapat dikatakan
sebagai suatu unsur dasar untuk melangsungkan kehidupan.
2.
Berbagai dampak yang
ditimbulkan kekurangan oksigen seperti kelumpuhan organ-organ, ketidaksadaran
otak, dan juga dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, banyak pula solusi
yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah dalam sistem pernapasan, khususnya
dalam kebutuhan oksigen.
4.2
Saran
1.
Semoga karya tulis
ilmiah ini bermanfaat baagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan tentang
masalah kebutuhan oksigenasi yang banyak menjadi permasalahan didunia
kesehatan.
2.
Semoga karya tulis
ilmiah kami ini, dapat dijadikan referensi bagi penulis selanjutnya.
3.
Diharapkan para
pembaca bisa memberikan kami kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih
baik lagi dalam penulisan karya-karya kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hidayat, A. Aziz Alimul.
2009. Pengantar kebutuhan dasar manusia
2. Jakarta: Salemba Medika.
2.
Reeves, charlene J
dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Salemba Medika.
3.
Somantri, Irman. 2009.
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan sistem Perpanasan. Jakarta: Salemba Medika.
4.
Potter, Patricia A.
2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan:
konsep, proses, dan praktik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5.
Mutaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
6.
Somantri, Irman. 2008.
Keperawatan medikal bedah Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika.
0 Response to "Gawat Darurat Pada Sistem Pernafasan"
Post a Comment